Sunday, September 1, 2013

Bahaya Makan Sosis


Miris ketika melihat keponakan dan sepupu kecilku setiap hari makannya selalu sosis, sosis dan sosis lagi mengikuti bintang idola mereka yang muncul di TV sedang berpose sambil makan sosis. Tingginya jumlah tayangan iklan makanan cepat saji seperti ini jika dibiarkan dapat mengancam perubahan pola gaya hidup masyarakat yang cenderung konsumtif dan mencintai produk makanan cepat saji dalam jumlah besar. Orang tua mungkin senang melihat anaknya mudah makan, tubuhnya gendut unyu-unyu setelah makan sosis. Tapi apa pernah terbesit dipikiran mereka akan bahaya dan dampaknya bagi kesehatan dimasa yang akan datang.

Sosis merupakan makanan yang berasal dari negeri barat. Benar memang jika dikatakan sosis itu mengandung nilai gizi yang baik bagi pertumbuhan anak. Namun apakah nilai gizi itu sebanding dengan resiko dampak negatif mengkonsumsinya dalam jangka panjang dan dalam jumlah yang besar? pertanyaan itu harusnya tertanam dibenak orang tua dan pembuat kebijakan iklan sosis dan berbagai makanan cepat saji di negeri ini.

Memberi makan sosis sama dengan memupuk penyakit? bagaimana tidak, ketika seharusnya sosis hanya sekedar menjadi makanan tambahan untuk pelengkap nasi dan sayur. Saat ini seolah sosis menjadi makanan utama. Sosis dijadikan seperti layaknya camilan yang bisa dimakan begitu saja “tinggal lheeep” begitulah bunyi iklan yang cukup populer terdengar di televisi dan ditirukan oleh anak-anak termasuk keponakan saya.

Berapa orang yang peduli dengan angka kecukupan gizi saat mengkonsumsi sosis? berapa orang yang benar-benar mengatur nilai kalori yang dibutuhkan tubuhnya supaya bisa membatasi konsumsi makanan setiap hari? saya kira tidak banyak, mungkin hanya olahragawan atau yang benar-benar care dengan kesehatan saja yang melakukan pola pengaturan diet makanan ketat secara demikian. Sementara kebanyakan kita hanya tinggal makan tanpa mempertimbangkan untung ruginya bagi kesehatan dimasa yang akan datang.

Seperti kita tahu bahan utama pembuatan sosis adalah berupa daging, bisa berasal dari sapi, ayam, ikan atau diluar negeri juga berasal dari babi. Selain itu dalam pembuatannya juga sarat dengan tingginya kadar natrium/sodium (garam) yang berfungsi sebagai penyedap sekaligus sebagai bahan pengawet dalam pengolahan sosis. Belum lagi zat pewarna dan MSG dalam sosis yang membuatnya tampak menarik dan lebih sedap untuk dimakan.

Tingginya kadar lemak dalam sosis berpotensi meningkatkan kandungan kolesterol jahat didalam darah. Efek negatif tingginya kolesterol darah berpotensi menimbulkan sumbatan/plak aliran darah sehingga berisiko terserang penyakit jantung, stroke,  selain itu kolesterol tinggi juga akan memicu kegemukan yang berisiko meningkatkan penyakit diabetes mellitus dan kanker. Bahkan peneliti dari world cancer research menyebutkan jika memakan olahan sosis ini dapat meningkatkan resiko terserang kanker usus hingga 20% sama dengan jurnal penelitian yang dipublikasikan oleh British medical jurnal (BMJ) di Inggris.

Bukan hanya itu saja, tingginya nilai garam (natrium) dalam sosis  juga dapat memicu dan merangsang naiknya tekanan darah dan berpotensi menurunkan fungsi kerja ginjal. Ditambah dengan kandungan MSG tinggi dan zat pewarna dalam sosis yang dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan dimasa akan datang. Dari berbagai dampak negatif inilah seharusnya menjadi peringatan dan kewaspadaan dari para praktisi kesehatan di negeri ini untuk mengkampanyekan gerakan membatasi jumlah konsumsi jenis makanan ini.

Fakta dilapangan ternyata tidak semua perusahaan sosis memproduksi sosis sesuai standar kecukupan gizi yang ditetapkan oleh departemen kesehatan dan juga badan pengawasan obat dan makanan. Banyak sekali beredar sosis dimasyarakat yang tidak jelas asal muasalnya dan juga tanpa diserta informasi nilai gizi jelas dalam kemasannya. Produk-produk itu juga nyatanya laris manis dipasaran dan mampu bersaing dengan perusahan-perusahan pengiklan sosis di televisi.  Karena harganya yang lebih murah, mereka lebih menyasar untuk konsumen kelas menengah bawah yang juga tak kalah banyaknya ingin mengkonsumsi sosis.

Jika dinegara asalnya saja (amerika dan eropa) pemerintah sudah membatasi produksi berbagai makanan cepat saji karena setelah bertahun-tahun lamanya mereka menyadari semakin menurunnya nilai kualitas hidup warga mereka. Dari berbagai penelitian yang mereka lakukan hal ini diduga karena kebiasaan gaya hidup menyantap makanan cepat saji yang tinggi kolesterol dan garam. Tapi kenapa saat ini dinegara Indonesia justru seolah baru menjadi trend konsumsi makanan jenis ini? harusnya kita bisa berkaca dari bangsa barat yang sudah mulai meninggalkan berbagai makanan cepat saji dan beralih pada makanan alami.

Saya teringat dengan cerita dari seorang anak dari guru besar bedah saya yang dulu meninggal di usia 32 tahun karena mengalami penyakit kanker usus. Kejadiannya tiba-tiba, sakit tidak pernah dirasakan, namun ketika sudah terdeteksi kanker ternyata sudah sampai stadium 4 dan sulit untuk disembuhkan. Diakui orang tuanya sejak remaja memang dia tinggal di amerika mengikuti orang tuanya yang sedang mengambil kuliah S3 disana dan benar jika setiap hari saat berada di amerika makanan mereka adalah makanan cepat saji seperti sosis, burger, kornet dan berbagai olahan daging cepat saji lainnya.

Terkadang saya punya pikiran negatif dan mencurigai apakah ini suatu bentuk konspirasi untuk menghancurkan generasi penerus bangsa kita dengan cara halus dan perlahan. Mulai dari iklan rokok yang membabi buta, minuman ringan bersoda yang mondar mandir di televisi, hingga iklan sosis yang merangkul berbagai kalangan selebritis yang disukai oleh anak-anak kita sehingga seolah mereka tertarik mengikuti perilaku idolanya. Miris ketika melihat produk-produk yang sebenarnya berbahaya jika dikonsumsi dalam jumlah besar tapi justru menghiasi jam-jam utama tayangan pertelevisian yang disaksikan oleh banyak anak-anak dan orang dewasa.

Makan sosis seolah sekarang menjadi sebuah trend dan gaya hidup. Kesibukan membuat orang lebih senang menyiapkan sajian makanan yang sifatnya instan dan tidak memakan waktu lama. Tapi berapa orang yang menyadari ada ancaman kesehatan yang cukup serius mengintai generasi penerus bangsa dibalik gaya hidup seperti itu? Semoga pemerintah dan badan regulasi pengawas makanan serta periklanan dinegeri ini dapat lebih bijaksana dan tidak hanya mementingkan sebuah keuntungan semata. Karena masa depan negeri ini ada ditangan mereka para pembuat kebijakan.

sumber : http://kesehatan.kompasiana.com/makanan/2013/09/01/stop-iklan-sosis-588745.html

0 comments:

Post a Comment

Followers

 

Thermalmaster. Copyright 2013 All Rights Reserved